Keterampilan ragam hias bordir sudah sejak lama dikenal di Indonesia, diperkirakan sudah ada sekitar abad 18M . Kerajinan Bordir ini dikenalkan oleh pedagang China dan India. Kerajinan Bordir di Riau sudah ada pada masa kerajaan dulu, saat itu anak_anak dara mengerjakan kerajinan bordir. Di Provinsi Riau bordir Melayu pertama kali diperkenalkan tahun 1990 oleh seorang pengrajin yaitu Ibu Martini Sucipto . Ibu Martini Sucipto mengembangkan bordir dengan motif melayu dengan menggunakan ragam hias motif pucuk rebung, siku keluang dan lain lain.
Pada awalnya alat yang digunakan untuk membordir hanya mesin jahit dan pamidangan. Mesin jahitnya merupakan mesin jahit biasa yang digerakkan dengan bantuan kaki, dikalangan perajin bordir disebut mesin kejek. Mesin jahit model ini diperkirakan mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 1920, kemudian di kenal dengan adanya mesin juki. Seiring perkembangan teknologi, sekarang terdapat mesin bordir yang menggunakan teknologi komputer (Bordir Komputer).
Tahap-tahap pembuatan bordir adalah :
- Menyediakan dan menyiapkan alat-alat (bahan-bahan) yang diperlukan untuk membordir.
- Menyiapkan dan membuat desain motif untuk diaplikasi bordir (bisa dibuat dahulu pada kertas kalkir)
- Memindahkan atau menjiplak desain motif pada medium (kain) yang hendak dibordir.
- Memasang kain yang sudah diberi motif pada ring (pembidangan)
- Memilih, menentukan, memasang benang sulam atau bordir pada mesin.
- Memeriksa dan menggerakkan mesin yang hendak kita pakai untuk menyulam/bordir.
- Membuat sulaman atau bordir dengan berbagai teknik(jenis sulam/bordir) disesuaikan dengan media (kain) yang disulam ayau bordir.
- Menyelesaikan pekerjaan akhir :
- Membuat rancangan dengan alat solder.
- Membersihkan sisa-sisa benang sulam atau bordir yang melekat di balik permukaan kain.
- Merendam, menjemur, dan menyetrika hasil sulaman atau bordir.